Kediri (beritajatim.com) – Perwakilan kyai dan santri dari Pondok Pesantren Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri, Jawa Timur mengikuti Pertemuan Kyai, Santri untuk Pengendalian Rokok. Kegiatan diselenggarakan oleh Komnas Pengendalian Tembakau (Komnas PT) bekerja sama dengan Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI).
Festival yang diselenggarakan di Pondok Lirboyo, Jawa Timur ini merupakan rangkaian Festival Pengendalian Rokok yang diadakan di tiga kota, yaitu Jombang, Kediri, dan Jakarta.
“Kami bertujuan untuk mendorong upaya mengurangi konsumsi rokok di Indonesia. Upaya pengendalian konsumsi rokok ini sangat penting menyusul naiknya perokok remaja dari 7,2% pada 2013 menjadi 9,1% pada 2018 (Riset Kesehatan Dasar),” kata Nina Samidi, Communication Manager Komnas PT, Minggu (21/7/2019).
Data yang sama menunjukkan, 62,9% laki-laki dewasa di Indonesia merokok dan membuat perempuan/ibu dan anak menjadi perokok pasif dalam kesehariannya. Di sisi lain, harga rokok di Indonesia diketahui masih terjangkau.
Padahal, perilaku merokok berdampak pada berbagai aspek. Tidak hanya kesehatan, tapi juga sosio-ekonomi yang dapat menurunkan kualitas hidup dan menghambat pembangunan.
Penelitian PKJS-UI menunjukkan bahwa perilaku merokok masyarakat pra-sejahtera dapat menimbulkan masalah serius, seperti stunting. Hal ini disebabkan pendapatan rumah tangga yang semestinya digunakan untuk belanja makanan bernutrisi tersubstitusi oleh belanja rokok.
“Berdasarkan penelitian kami dengan mengeksplorasi data Indonesia Family Life Survey, ditemukan fakta bahwa ada peningkatan pengeluaran untuk rokok, dibarengi dengan penurunan pengeluaran untuk makanan bernutrisi,” jelas Dr. Renny Nurhasana, salah satu peneliti PKJS-UI.
Oleh karena itu, imbuhnya, upaya yang lebih efektif untuk menurunkan jumlah konsumsi rokok terutama di kalangan masyarakat pra-sejahtera dan remaja perlu dilakukan, salah satunya dengan meningkatkan harga rokok.
Peran para tokoh agama dalam mengedukasi masyarakat tentang dampak perilaku merokok tentu saja sangat diperlukan saat ini. Festival yang dihadiri hampir dua ratus peserta ini mengajak para kyai dan santri NU di Jawa Timur untuk menyelamatkan generasi bangsa dari candu rokok.
Para kyai dan santri NU yang hadir menunjukkan kepedulian mereka terhadap dampak perilaku merokok terutama bagi generasi muda. Melalui kenaikan cukai rokok, diharapkan anak maupun orang dewasa termasuk masyarakat miskin dapat terhindar dari perilaku ini sehingga kesempatan Indonesia untuk mencapai generasi emas tahun 2045 dapat terwujud.
“Selama ini, Pondok Pesantren Lirboyo telah menerapkan pengendalian konsumsi rokok di lingkungan pesantren termasuk para pengajar dan santri. Ada larangan merokok di beberapa tempat seperti masjid,” tutur KH. Attoilah, salah satu pengurus Ponpes Lirboyo Kediri.
Pihaknya sangat setuju apabila generasi muda di masa depan harus bebas dari pengaruh adiksi rokok sehingga kualitas hidupnya lebih baik. Untuk itu, dirinua juga berharap pemerintah dapat mempertimbangkan pengendalian konsumsi rokok, salah satunya dengan menaikkan harga rokok setinggi-tingginya agar tidak terjangkau oleh anak-anak.
Dalam pertemuan ini juga diserukan pemenuhan kebutuhan gizi anak untuk mencegah stunting dan mencegah belanja kebutuhan pokok tergantikan pengeluaran rokok. Kegiatan ini menyadarkan kami betapa merokok sangat merugikan dan mempengaruhi kesejahteraan.
Sementara itu, salah satu pembicara, dr. Hafid Algristian, SpKJ dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dan juga aktivis Green Crescent Indonesia memaparkan, edukasi terhadap santri mengenai rokok dan kesehatan perlu diterapkan sejak dini.
Walaupun mayoritas dari mereka sudah mengetahui efek negatifnya namun kita sebagai pejuang tidak boleh ada hentinya terus mengingatkan dan mengedukasi agar anak-anak terhindar dari rokok.
Peran pesantren khususnya yang berbasis Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia dalam pengendalian tembakau begitu penting. Dengan diselenggarakannya festival ini, diharapkan dukungan perlindungan anak dan perempuan/ibu dari bahaya rokok melalui harga rokok yang tidak terjangkau dapat mengurangi konsumsinya di Indonesia sehingga dapat mewujudkan masa depan Indonesia yang lebih baik.
Rangkaian festival akan dilanjutkan dengan workshop pengendalian rokok bersama Fatayat NU Jabodetabek, pada 27 Juli 2019 di Jakarta.