AKURAT.CO Dalam menentukan nasib pertembakauan Indonesia baik dari sisi industri maupun sisi konsumsi, peta jalan pertembakauan harus ditentukan sendiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ketua Komnas Pengendalian Tembakau, Hasbullah Thabrany menyarankan agar membentuk tim ilmiah yang obyektif untuk menilai fakta dan data pertembakauan di Indonesia dan di dunia.
“Harus ada tim independen dari Presiden di mana ini tak membela industri dan tidak ngotot aspek kesehatan, sehingga kita punya data bagus dan bisa dipahami bersama, sehingga nanti ada roadmap besar ada sejalan,” katanya saat webinar The 6th Indonesia Conference on Tobacco or Health (ICTOH) 2020, Jakarta, Rabu (16/12/2020).
Menurutnya, tim independen dari Presiden tersebut juga dapat menentukan nasib pertembakauan Indonesia sekaligus memperhatikan aspek kesehatan yang nantinya harus diikuti oleh setiap stakeholder.
Ia juga berharap agar ada tim menyusun Peta Jalan Pengendalian Konsumsi Tembakau 2020-2045 dengan target secara bertahap terjadi pecurunan prevalensi perokok sebesar 50 persen di tahun emas Indonesia 2045, atau turun dari 61,4 perokok di tahun 2019 menjadi 31 juta perokok di tahun 2045.
“Hal itu diharapkan akan menurunkan angka kematian akibat tembakau dari 225.720 jiwa di 2018 menjadi 113.000 kematian di tahun,” ucapnya.
Hasbullah juga berharap pemerintah menaikkan cukai rokok secara bertahap paling sedikit dua kali kenaikan inflasi per tahun, sebagai salah satu alat efektif menurunkan prevalensi perokok pada anak dan penduduk miskin yang kini sulit keluar dari kecanduan.
“Berbeda dengan informasi hoaks yang banyak beredar, bukti-bukti di berbagai negara menunjukkan bahwa kenaikan cukai rokok tidak menghentikan industri rokok dalam kurun waktu 30 tahun karena sifat demand terhadap rokok yang bersifat inelastis terhadap harga rokok,” ucapnya.
AKURAT.CO Dalam menentukan nasib pertembakauan Indonesia baik dari sisi industri maupun sisi konsumsi, peta jalan pertembakauan harus ditentukan sendiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ketua Komnas Pengendalian Tembakau, Hasbullah Thabrany menyarankan agar membentuk tim ilmiah yang obyektif untuk menilai fakta dan data pertembakauan di Indonesia dan di dunia.
“Harus ada tim independen dari Presiden di mana ini tak membela industri dan tidak ngotot aspek kesehatan, sehingga kita punya data bagus dan bisa dipahami bersama, sehingga nanti ada roadmap besar ada sejalan,” katanya saat webinar The 6th Indonesia Conference on Tobacco or Health (ICTOH) 2020, Jakarta, Rabu (16/12/2020).
Menurutnya, tim independen dari Presiden tersebut juga dapat menentukan nasib pertembakauan Indonesia sekaligus memperhatikan aspek kesehatan yang nantinya harus diikuti oleh setiap stakeholder.
Ia juga berharap agar ada tim menyusun Peta Jalan Pengendalian Konsumsi Tembakau 2020-2045 dengan target secara bertahap terjadi pecurunan prevalensi perokok sebesar 50 persen di tahun emas Indonesia 2045, atau turun dari 61,4 perokok di tahun 2019 menjadi 31 juta perokok di tahun 2045.
“Hal itu diharapkan akan menurunkan angka kematian akibat tembakau dari 225.720 jiwa di 2018 menjadi 113.000 kematian di tahun,” ucapnya.
Hasbullah juga berharap pemerintah menaikkan cukai rokok secara bertahap paling sedikit dua kali kenaikan inflasi per tahun, sebagai salah satu alat efektif menurunkan prevalensi perokok pada anak dan penduduk miskin yang kini sulit keluar dari kecanduan.
“Berbeda dengan informasi hoaks yang banyak beredar, bukti-bukti di berbagai negara menunjukkan bahwa kenaikan cukai rokok tidak menghentikan industri rokok dalam kurun waktu 30 tahun karena sifat demand terhadap rokok yang bersifat inelastis terhadap harga rokok,” ucapnya.