KOMISI Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) menilai pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam menekan jumlah perokok Sebab, rokok dapat menimbulkan penyakit. Mulai serangan jantung, kanker, hingga gangguan kehamilan. Penyakit-penyakit itu tidak hanya menyerang perokok aktif, tetapi juga perokok pasif.
“Asapnya (rokok, Red) dapat menimbulkan penyakit bagi orang di dekamya meskipun orang tersebut tidak merokok. Sangat membahayakan dan merugikan,” kata Project Officer Komnas PT Reynaldi Ikhsan dalam road show Jawa Pos Lurah Awards 2018 di RPTRA Kalideres, Jakarta Barat, kemarin (8/7).
Menurut dia, perubahan harus dilakukan masyarakat. Tidak hanya memberikan memang khusus bagi perokok, tetapi juga membentuk kampung keren tanpa rokok Hal itu efektif untuk menekan angka perokok Termasuk di ibu kota. Contohnya, diKampung Penas, JakartaTimur. Dikampimgbebas asap rokoktersebut, takada satu pun warga yang berani merokok “Kampungkeren tanpa rokokini hams tersebar di seluruh wilayah ibu kota,” katanya.
Bukan hanya itu, pemerintah juga hams menaikkan harga rokok seperti di negara-negara tetangga. Sebab, darihasilsurvei, rokok sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Posisinya nomor dua sebagai produkyang paling banyak dibeli masyarakat setelah beras. Parahnya, lanjut Reynaldi, kondisi ituterjadi pada masyarakat dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah. Mereka lebih mementingkan membeli rokok daripada makanan atau sembako.
“Bahkan, saking murahnya, rokok dibeli tidak hanya oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak atau pelajar. Satu batang rokok hanya Rp 1.000.,” ucapnya. Karenaitu, diamenambahkan, pemerintah hams menaikkan harga rokok Minimal Rp 50 ribu-Rp 100 ribu per bungkus. Lalu, rokok tak boleh dijual kepada anak-anak atau pelajar di bawa umur.