KOMISI Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) menilai mayoritas ibu rumah tangga di DKI mendukung usul pihaknya untuk menaikkan harga jual rokok. Pengetatan peredaran tembakau akan menyejahterakan masyarakat. Karena itu, Komnas PT berharap pemerintah mengamini permintaan itu.
Communication Manager Komnas PT, Nina Samidi, menyatakan, setiap ada kesempatan sosialisasi soal bahaya merokok, pihaknya mendapat dukungan dari ibu-ibu rumah tangga agar harga rokok dinaikkan. Respons publik itu merupakan ekspresi kecemasan atas tradisi buruk anggota keluarga yang merokok Para perokok bahkan rela menghabiskan atau membebani keuangan keluarga.
“Rata-rata mereka (ibu-ibu) setuju harga rokok dinaikkan semahal-mahalnya,” katanya saat menghadiri acara road show penilaian Lurah Award di RPTRA Borobudur, Pegangsaan, kemarin.
Dia menerangkan, biaya untuk membeli rokok akhirnya memengaruhi besaran uang belanja konsumsi masyarakat. Padahal, bila ditabung, setiap minggu-anggota keluarga sudah bisa menghimpun uang untuk membeli daging yang dikonsumsi setiap hari. “Jadi, ya memengaruhi belanja untulc gizi anggota keluarga,” ujarnya.
Menurut Nina, harga rokok yang murah berperan besar dalam menyulitkan pengendalian peredaran tembakau. Karena itu, perokok sulit melepaskan diri dari jeratan zat adiktif yang “ terkandung dalam rokok. Para perokoktak segan membeli karena murah. “Kalau harganya mahal semahal-mahalnya, para perokok pasti mikir dua kali,” katanya.
Nina menambahkan, anggota keluarga yang tidak merokok juga harus terus berapaya menyadarkan perokok Sebab, efek negatifnya sangat banyak “Bukan hanya keuangan rumah tangga, tetapi juga menyangkut kesehatan,” lanjutnya.
Seluruh anggota keluargaharus tahu bahaya merokok. Rumah sejatinya harus steril dari asap rokok Nina mengakui, sebagian, perokok tidak mengetahui bahaya aktivitas merokok di dalam rumah. Meskipun anggota keluarga tidak berada di samping perokok, residu asap rokok menempel di furnitur rumah. “Jadi, racunnya itu tertinggal dan membahayakan kesehatan,” ujarnya.