Kepedulian untuk membebaskan generasi bangsa dari bahaya rokok secara total dilakukan Fuad Baradja. Guna mewujudkannya, dia rela meninggalkan dunia artis. Atas kerja kerasnya, dia menyelamatkan generasi bangsa dari jerat tembakau yang mematikan tersebut. Dari pengalamannya, tiga buku antirokok dibuatnya.
SOSOK Fuad Baradja dikenal memiliki semangat tinggi. Hal itu terlihat saat Jawa Pos menyambanginya. Dia memotivasi saat memberikan edukasi bahaya rokok kepada masyarakat Meruya Utara, Jakarta Barat.
Bahaya rokok diceritakan secara detail. Mulai proses masyarakat menjadi perokok hingga faktor-faktor yang memengaruhinya. Dibahas pula penyakit yang diderita para perokok serta cara agar terbebas dari jerat tembakau mematikan tersebut Beberapa contoh foto perokok aktif ditunjukkan kepada peserta seminar. Foto itu memperlihatkan seorang anak berusia 1-3 tahun yang merokok di depan orang tua mereka. Gambar tersebut membuat para peserta tercengang. Peserta tidak menyangka rokok bisa menggerogoti usia muda. Bahkan, balita. Parahnya, para balita merokok karena faktor keluarga.
Balita merokok lantaran mencontoh perilaku negatif orang tuanya yang kerap merokok di hadapannya. Parahnya, mereka mendapat rokok tersebut dari orang tuanya. Menurut orang tua mereka, merokokmerupakanhal yang lumrah, bahkan menjadi suatu kebanggaan. Meskipun perilaku negatif itu dialami anaknya yang berusia di bawah umur.
Mengetahui hal tersebut, para peserta hanya bisa menggelengkan kepala sambil mengatakan keterlaluan. Mereka tidak percaya tugas orang tua yang seharusnya melarang anaknya merokokjustm sebaliknya. Yakni, menjerumuskan si anak ke jalan yang salah. Apalagi mereka masih balita. Yang seharusnya asupan gizi empat sehat lima sempurna masuk tubuh justru sebaliknya. Nikotin menggerogoti tubuh mereka sejak dini.
“Kebanyakan kasus itu terjadi di daerah pedalaman. Sebab, masyarakat setempat belum mengetahui bahaya merokok.
Edukasi mengenai bahaya rokok s^ipisulitmeicka dapatkan, jadi, mereka menilai merokpk merupakan hal yang wajar walaupun dilakukan anak berusia di bawah umur,” kata pria kelahiran Solo, 27 Agustus 1960, tersebut.
Fuadmerasamirismelihatkondisi itu. Sebab, nikotin telah meracuni tubuh mereka. Kondisi tersebut tidak bisa didiamkan. Harus ada tindakan tegas. Pengobatan dilakukan secara bertahap. Upaya kerjakerasnyamenghasilkanhasil manis. Mereka terbebas dari asap rokok alias berhenti secara total.
Di lokasi yang berbeda, tepatnya di kediamannya, Perumahan Pondok Melati Indah, Jatiwama, Bekasi, Jawa Barat, dia berkisah. Dia peduli terhadap bahaya rokok sejak’90-an. Tepatnya pada 1997. Ketika itu, dia disibukkan dengan profesinya sebagai artis sinetron.
Salah satunya film Jin dan Jun yang melegenda ketika itu. Di waktu bersamaan, dia mengetahui bahwa pendapatan cukai rokok Indonesia Rp 3 triliun. Sekilas, jumlah tersebut dinilai cukup besar. Namun, kerugian negara karena rokok jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pemasukan yang didapat. Yaitu, Rp 13 triliun.
“Saat itu, saya berpikir pemerintah kokbodoh sekali. Mengejar Rp 3 triliun, tapi harus mengeluarkan Rp 13 triliun. Ini kan nggak masuk akal. Artikel berhasil mengusik saya untuk mencari tahu lebih banyak mengenai bahaya merokok,” ucapnya. Untuk
mendapatkan informasi tersebut, dia berkecimpung di dalam Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3).
Segudang penjelasan soal bahaya merokok didapatkan. Merokok tidak hanya berdampak pada gangguan kesehatan, tetapi juga masalah perekonomian para perokok. Kemudian, pada 2010, Fuad bergabung dengan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT). Dia adalah anggota Bidang Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Komnas PT. Melakukan sosialisasi dan memberikan edukasi kepada masyarakat serta para pelajar merupakan tugasnya.
Kegiatan tersebut dilakukan di seluruh Indonesia. Mulai wilayah perkotaan hingga pedesaan. Masyarakat dikumpulkan dan diberi penyuluhan mengenai bahaya rokok. Meskipun kegiatan tersebut positif, pro dan kontra dari masyarakat kerap dialami. Terutama masyarakat yang merupakan perokokberat. Padang Panjang Sumatera Utara, misalnya. Suatuketika, dia diundang menjadi salah seorang pembicara dalam seminar bahaya merokok
Undangan tersebut diberikan langsung oleh wali kota setempat. Awalnya, suasana seminar berjalan kondusif. Sosialisasi dan edukasi bahaya rokok diselesaikan dengan lancar. Namun, ketika sesi tanya jawab, suasana tenang berubah menjadi ketegangan. Salah seorang peserta seminar memberikan
kritik Dia berkata jangan hanya bisa asal ngomongtentangbahaya merokok Namun, Fuad diminta mencari solusi agar perokok dapat terbebas dari tembakau.
“Beliau bilang begini, kamu jangan hanya bisanya asal ngomong tentang bahaya rokok Saya sudah lama merokok dan ingin berhenti. Namun, kenyataannya nggak bisa-bisa. Nah, solusinya apa? Anda kasih solusi dong ke saya. Sebab, kalau bahaya rokok, pasti semua masyarakat mengetahuinya,” ujar Fuad menirukan perkataan salah seorang peserta seminar itu.
Mendengar kritik tersebut, dia merasa seperti mendapatkan pukulan telak Ucapan si peserta ada benarnya. Kenapa selama ini diahanyagencarmengampanyekan bahaya merokok, tetapi tidak memikirkan solusi untuk membebaskan para pecandu. Sepulang dari sana, dia berpikir keras bagaimana cara efektif membebaskan para pecandu rokok dari tembakau mematikan tersebut
Persoalan itu pun terpecahkan. Dia mengikuti pelatihan penyembuhan perokok dengan cara metode terapi spiritual emotional freedom technique (SEFT). Pelatihan tersebut dijalaninya sekitar setahun. Kemudian, dia memberanikan diri menerapkan kepada para perokok melalui kliniknya di kediamannya. Klinik tersebut bernama New Life.
Sebelum melakukan pengobatan, penjelasan bahaya merokok diberikan kepada
pasien. Mulai menunjukkan kotoran nikotIN yang keluar dari asap rokok, dampak ke kesehatan, ekonomi, hingga keluarga pasien. Tujuannya, memberikan motivasi pasien kenapa mereka harus berhenti merokok.
“Saya tanamkan itu kepada para pasien. Sampai mereka termotivasi untuk berubah dan berhenti. Menganggap rokok merupakan barang yang tidak enak untuk dikonsumsi serta membahayakan bagi tubuh mereka,” ucapnya.
Seiring waktu berjalan, terapi berhenti merokok berkembang pesat. Pasien tidakhanyaberasal dari Jabodatek, tetapi juga seluruh penjuru Indonesia. Pasien jauh-jauh datang hanya untuk berobat. Setelah itu, mereka kembali pulang. Padatnya rutinitas membuatnya harus membatasi jam praktik. Sebab, Fuad hams menjalankan tugas di Komnas PT. Yaitu, melakukan penyuluhan dan memberikan edukasi masyarakat mengenai bahaya rokok.
Karena itu, lanjut dia, dalam sehari, dirinya hanya menerima enam pasien. Itu pun harus dibuat janji sebelumnya. Sebab, dia belum bisa melayani pasien dadakan. “Ya, untuk sementara, pasien hams membuat janji dulu biar saya atur jam praktiknya. Tujuannya, tidak bentrok dengan jadwal lain. Sebab, dalam melakukan terapi berhenti merokok, diperlukan konsentrasi tinggi dan ketenangan. Bukan
hanya bagi saya, melainkan juga pasien?’ ujarnya.
Jam terbangyang semakin tinggi membuat Fuad mendapatkan banyak pengalaman. Dari hasil berinteraksi dengan masyarakat danpasien, segudang cerita menarik didapatkan. Menurut dia, semua ceritatersebutsayangjika dilewatkan begitu saja. Misalnya, cerita salah seorang pasien yang berhenti merokok karena mendengar jawaban si anak.
Jadi, tanpa sepengetahuan sang ayah, si anakmerokok Anak tersebut masih di bawah umur. Saat tertangkap tangan merokok oleh sang ayah, tidakadarasaketakutan yang dialami anaktersebut Anak itu justru merasa tenang dan mengatakan mengisap rokokkarena mencontoh perilaku ayahnyayang merupakan perokok berat. Parahnya, rokokyang diisap bocah tersebut merupakan milik sang ayah. Secara diam-diam, si anak mengambil rokok ayahnya yang tergeletak sembarang di rumah.
Hal tersebut membuat sang ayah tidak bisa melarang si anak untuk tidak merokok. Karena merasa takut anaknya menjadi perokok aktif di usia dini, ayahnya memutuskan untuk berhenti.
Kemudian, ada pasien yang berhenti karena faktor ekonomi. Yakni, seorang pelayan restoran yang setiap hari menghabiskan dua bungkus rokok. Hal itu dilakukan selama 20 tahun. Jika diakumulasi, diamengatakan bahwa sudahmenghabiskanRp 140 juta
untuk membeli rokok “Lalu kembali,apakah, diasiidah punya rumah. Pasien menggeleng. Punya mobil dan motor, dia pun menggeleng. Saya katakan yang punyapabrikrokoksaatini sudah menjadi orang terkaya di Indonesia. Sementara itu, Anda belum mempunyai apa-apa. Mengetahui hal itu, orangtersebut menangis dan memutuskan untuk berhenti,” ucapnya.
Fuad menjelaskan, itu merupakan sepenggal cerita yang ada. Masih banyak cerita lainnya. Semua cerita dan pengalaman selama mengampanyekan antirokok dirangkum dalam sebuah buku. Sebanyak tiga buku dibuatnya. Yakni, Hari Gini Masih Ngerokok…. Apa Kata Dunia ?!; Two Thumbs UPi; serta Love Your Life. Buku-buku tersebut tidak hanya berisi tentang cerita orang yang memutuskan untuk berhenti merokok, tetapi juga dampak bahaya rokok.
Melalui para donatur, buku-buku itu disalurkan ke sekolah. Terutama diberikan kepada guru-guru. Setelah membaca buku tersebut, para guru bisa dapat memahami tentang bahaya rokok, baik yang dialami para perokok aktif maupun pasif. Dengan ilmu yang didapat, mereka bisa mengajarkan bahaya rokok kepada murid. “Hidup sehatlah tanpa rokok. Enggakmerokokitu keren,” ujar pria yang hobi menyanyi tersebut.