Komite Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) di Pesantren Tebuireng membentuk Koalisi Penggerak Pengendalian Tembakau antar Pesantren se-Tebuireng pada Senin (23/10/2017). Dalam hal ini Komnas PT menghadirkan terapis berhenti rokok, Fuad Baradja. Acara yang diikuti oleh para pembina, pengurus, santri, baik santri Tebuireng maupun pondok sekitar itu bertempat di Aula lantai 3 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim.
Fuad Baradja menerangkan bahwa kebiasaan orang merokok lebih dikarenakan oleh kecanduan. Menurutnya, jika kecanduan, maka terus butuh nikotin untuk dihisap. Jika 1 bulan tidak merokok maka pengaruh nikotin akan hilang sehingga tidak lagi merokok, tetapi terapi apapun, sifatnya hanya membantu seseorang tidak merokok yang memang mempunyai keinginan berhenti merokok. Baginya, motivasi semacam itu sangat penting.
“Ada seseorang yang datang kepada saya, ia bercerita kalau anaknya masih umur 4 tahun sudah merokok. Ayahnya tanya adek dapat rokok dari mana? Adek ambil rokok dari Ayah. Sekarang Ayahnya pun bersikeras untuk berhenti merokok,” ungkap pengurus Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM-3) Jakarta itu.
“Mulai umur 20 tahun merokok. Sekarang kakek itu berumur 90 tahun. Karena cucunya sebagai dokter spesialis kesehatan. Sehingga cucu kakek itu memberi tahu dengan berbagai cara kepada kakeknya, kakek kalau kita sudah dikasih tahu bahwa barang itu menyebabkan berbagai penyakit kemudian kita sakit karena penyakit itu namanya bunuh diri dan amal kakek selama 70 tahun akan hangus. Setelah mendengar ucapan dari cucunya kakek tersebut lalu berniat untuk berhenti merokok,” lanjutnya.
Artis kawakan itu juga menjelaskan bahwa target pemasaran rokok merupakan remaja karena mudah terpengaruh oleh sesuatu yang baru, unik, selalu mengikuti tren mode termasuk rokok. Selai itu, lanjutnya, remaja memiliki rentang waktu menjadi perokok yang panjang, sehingga pabrik rokok memperoleh keuntungan yang lebih besar.