BIAYA perawatan penyakit jantung pada tahun 2016 mencapai Rp 7,4 triliun. Biaya tersebut lebih tinggi dari total iuran BPJS Kesehatan tahun 2016 sebesar Rp 6,74 triliun..
Di antara penderita’pe-nyakit jantung itu yakni 80 persen dari 1,1 miliar orang perokok hidup di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Tang menyedihkan ialah bahwa sebagian besar perokok berasal dari keluarga miskin dan usia produktif,” ujar Laksmiati A Hanafiah, -Ketua III Yayasan Jantung Indonesia dan Ketua Harian Komnas Pengendalian Tembakau, dalam konferensi pers sekaligus webinar PERKI, didukung Yayasan Jantung Indonesia, di Jakarta Barat, Selasa (5/6).
“Seharusnya uang yang digunakan untuk membeli rokok bisa dialokasikan untuk membeli makanan dan minuman yang berguna untuk keluarga,” ujar Laksmiati.
Masyarakat harus paham, kata Laksmiati, selain risiko penyakit kardiovaskular, asap rokok meningkatkan risiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).
Selain itu, rokok bisa menyebabkan problem kesehatan serius pada anak-anak, termasuk serangan asma berkali-kali dan parah, infeksi pernapasan, dan infeksi telinga.