JAKARTA, NNC – Ketua III Yayasan Jantung Indonesia (YJI) dan Ketua Harian Komnas Pengendalian Tembakau, Laksmiati A Hanafiah mengemukakan, kedaruratan ancaman bahaya tembakau sebenarnya sudah sering diinformasikan kepada masyarakat. Namun diakui Laksmiati, kesadaran dan kepedulian terhadap hal ini sampai sekarang masih dirasakan kurang.
Hal ini terbukti dengan makin tingginya konsumsi tembakau di kalangan perokok muda, perokok baru sebagai dampak maraknya iklan gaya hidup dari kalangan industri rokok yang menyesatkan seperti merokok itu keren dan lain-lain.
“Yang menyedihkan ialah bahwa sebagian besar perokok (sekitar 70 persen) berasal dari keluarga miskin dan usia produktif. Pasahal seharusnya uang yang digunakan untuk membeli rokok bisa dialokasikan untuk membeli makanan dan minuman yang berguna untuk keluarga,” ujar Laksmiati dalam konferensi pers Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2018 di Jakarta , Selasa (5/6/2018).
Menurutnya, faktanya perokok bukan hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga orang di sekelilingnya yang menjadi perokok pasif dan third-hand smoker, yaitu mereka yang bersentuhan dengan benda-benda yang terkena paparan asap rokok.
Ada fenomena lain, sambungnya, yaitu masih murahnya harga rokok di Indonesia mendorong tingginya konsumsi, sehingga salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan konsumsi rokok adalah dengan meningkatkan harga produk ini.
“Pengendalian konsumsi tembakau harus dilakukan secara holistik dan terintegrasi, baik oleh Pemerintah maupun masyarakat. Pendidikan tentang bahaya tembakau dapat dimulai dari keluarga, sekolah dan komunitas-komunitas sehingga kita dapat menghindari munculnya generasi penerus konsumen zat adiktif ini,” ujar Laksmiati.